EPISODE 1
Pangeran Yi Gak (Park Yoo Chun) terbangun dari tidur lelapnya dan menyadari istrinya tak ada di sisinya. Ia memanggil istrinya, namun tak ada jawaban. Ia menyuruh kasim atau dayang yang menungguinya untuk masuk, tapi tak ada suara di luar. Perasaannya tidak enak, apalagi saat ia berteriak lagi menyuruh salah satu dari mereka masuk, tapi tetap tidak ada respon apapun di depan pintu.
Akhirnya ia pun keluar dari kamar, dan kebetulan kasim yang tadi berlari pun telah datang. Dengan nafas terengah-engah, ia melaporkan kalau Istri Pangeran .
Tanpa mendengar lanjutannya, Pangeran Yi Gak lari keluar istana dan menuju kolam. Namun langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita terapung dengan tubuh tertelungkup. Terbata-bata, Pangeran Yi Gak mendekati pinggir kolam, ia hendak terjun untuk mengambil tubuh wanita itu. Tapi para pengawal keburu datang dan menarik Pangeran, mencegahnya masuk kolam.
Pangeran Yi Gak berteriak, menyuruh mereka melepaskannya. Tapi tak ada guna, karena tangan para pengawal itu tetap mencekalnya, mencegahnya mendekati jasad itu.Wanita itu tertelungkup mengambang di dalam air, begitu pula seorang pria yang mirip dengan Pangeran Yi Gak dengan jaket kulit dan celana yang pasti hanya ada di jaman sekarang.
Kembali ke masa lalu, dimana Pangeran Yi Gak kecil memilih bagaimana kriteria calon istri yang diinginkannya.
Dengan polos, Yi Gak berkata, “Aku ingin seseorang yang cantik sehingga aku mau mengunjunginya setiap hari.”
sontak semua menteri termasuk raja tertawa mendengar syarat Yi Gak yang benar-benar jujur khas anak kecil itu .
sontak semua menteri termasuk raja tertawa mendengar syarat Yi Gak yang benar-benar jujur khas anak kecil itu .
Salah satu dari kedua gadis ini akan menjadi istri Yi Gak, karena Raja
telah memutuskan keturunan dari ayah mereka yang menteri (mungkin
menteri kepercayaan raja) yang akan menjadi calon permaisuri Yi Gak.
Bo Young membawa kabar itu pada kakaknya, Hwa Young. Bo Young menduga
kalau kakaknya yang akan menjadi permaisuri dan merasa bahagia
karenanya. Hwa Young tersenyum gembira dan berjanji akan mengundang Bo Young ke istana dan menyajikan makanan-makanan yang lezat untuknya.
Namun betapa terkejutnya mereka saat ayah memutuskan untuk mengajukan Bo Young sebagai calon
istri Yi Gak. Tanpa mempedulikan protes Bo Young dan istrinya, ia
menyuruh semuanya mempersiapkan, termasuk Hwa Young yang hanya bisa
menelan tangis kesedihan.
Masa sekarang
gadis yang mirip dengan Hwa Young, Se Na, sudah menunjukkan keiriannya dengan meminta es krim yang sama seperti yang sedang dimakan gadis yang mirip dengan Bu Young, Park Ha.
Setelah orang tua mereka menikah, Se Na mendapat tanggung jawab untuk menjaga Park Ha. Dan ia harus menerima pukulan rotan di kaki karena membiarkan Park Ha untuk memasak sendiri hingga panic gosong terbakar.
Perasaan Se Na mengarah ke rasa dengki pada adiknya. Saat di toko, ia mengutil makanan di toko dan memasukkan ke tas adiknya. Namun sialnya, pencurian itu diketahui pemilik toko. Pemilik toko itu menyuruh Park Ha untuk membuka tasnya.
Se Na tak mau dan membela adiknya. Pemilik toko itu berhasil merebut tas Park Ha dan menumpahkan barang-barang yang ada di dalam tasnya. Barang-barang yang Se Na curi berhamburan.Se Na berbalik pada adiknya dan menyalahkan Park Ha karena mencuri barang-barang, walaupun Park Ha menolak tuduhan itu hingga menangis.
Di kesempatan lain, SeNa melakukan hal itu lagi. Namun sayangnya, kali ini bukan pemilik toko yang memergokinya, tapi ayah tirinya.
Kali ini ayah yang memukulinya dengan rotan sambil menyuruhnya untuk tak mengulangi lagi perbuatan itu.
Namun kebencian Se Na pada adiknya sepertinya benar benar besar. hingga pada suatu kesempatan, ia meninggalkan Park Ha di dalam sebuah truk dengan mengatakan ia akan pergi sebentar untuk membeli susu.
Ia memang membeli susu, tapi ia meninggalkan susu itu di samping Park Ha yang masih tertidur di dalam truk. Ia sedikit ragu saat akan meninggalkan adiknya, begitu pula saat truk itu mulai berjalan.
Tapi ia tetap terpaku tak mengejar truk itu. Dan saat Park Ha terbangun dan menyadari kalau ia sendirian di dalam truk, ia membuka terpal penutup truk dan berteriak-teriak memanggil Se Na yang masih termenung..namun Se Na berbalik dan beranjak pergi menjauh dari truk yang membawa adiknya.
kembali ke masa lalu.
Kembali di kamar Hwa Young, Bu Young mengunjungi kakaknya yang sedang menyetrika rok untuknya dengan besi panas. Ia membawakan manisan kesemek untuk dimakan bersama untuk menyenangkan hati Hwa Young.
Dengan senyum yang dipaksakan, Hwa Young menolak manisan itu. Bu Young mengulurkan manisan kesemek itu, tapi Hwa Young menampiknya. Dan manisan kesemek itupun terjatuh.
Untuk sesaat Hwa Young ragu. Namun kemudian ia bangkit, masih dengan membawa besi panas, untuk memungut manisan itu. Hwa Young menginjak roknya dan tersandung, membuat besi panas yang ia pegang terlempar dan mengenai wajah Bu Young.
Ayah sangat murka dan memarahi ibu. Ibu menangisi wajah Bu Young yang selamanya akan cacat. Dan bagaimana mungkin Bu Young dapat menjadi permaisuri jika wajahnya cacat? Ayah memutuskan untuk mengganti Hwa Young sebagai calon istri Putra Mahkota. *kasian Bu Young... : ' ( padahalkan dia baik...
Dan akhirnya Hwa Young sebagai istri Yi Gak, sementara Bu Young harus memakai cadar untuk selamanya.
Sementara Hwa Young menikmati hidup sebagai permaisuri, Bu Young (Han Ji Min) menghabiskan waktunya untuk menyulam. Kali ini ia menyulam bunga dan kupu-kupu.
Sulaman itu diberikan pada Yi Gak atas nama Hwa Young (Jung Yoo Mi). Yi Gak memuji kepandaian Hwa Young dalam menyulam, yang membuat seekor kupu-kupu terasa hidup. Ia mengutip sebuah bait puisi tentang bunga dan sepasang pengantin yang melihatnya. Ia meminta Hwa Young untuk meneruskan puisinya.
Hwa Young tak dapat meneruskan dan malah mencuri pandang pada Bu Young
dengan gelisah. Maka dari belakang, Bu Young memberi jawaban, “Pengantin
wanita bertanya pada suaminya, siapakah yang paling cantik, aku ataukah
bunga itu?”
Yi Gak menoleh pada adik iparnya dan tertarik pada terusan puisi Bu
Young. Sambil tersenyum, ia menjawab, “Suaminya bergurau mengatakan jika
bunga itu yang paling cantik.”
Menatap Yi Gak, Bu Young pun menjawab puisi kakak iparnya, “Mendengar
kalau bunga itu lebih cantik darinya, pengantin wanita itu menginjak
bunga itu dan berkata, ‘jika bunga itu lebih cantik dariku, maka
tidurlah dengan bunga itu nanti malam.”
Yi Gak menggoda Bu Young yang tahu puisi dewasa seperti itu. Bu Young
buru-buru minta maaf karena tak tahu kalau itu adalah puisi dewasa.
Yi Gak tertawa karena sebenarnya ia hanya menggoda Bu Young. Hwa Young
yang melihat percakapan mereka, merasa tersisih dan mengajak Yi Gak
untuk melihat cantiknya bunga-bunga yang di taman.
Tapi Yi Gak masih penasaran pada Bu Young dapat meneruskan puisinya.
Sepanjang perjalanan di taman, ia seperti memikirkan sesuatu. Dan
tiba-tiba ia berbalik pada Bu Young dan bertanya, “Ada sebuah teka-teki
untukmu. Jika kau memberi jawaban yang benar dalam dua hari, kau akan
mendapat hadiah dariku. Paham?”
Bu Young mengangguk, dan Yi Gak memberikan teka-tekinya.
"Apa yang mati saat ia hidup, dan apa yang hidup saat ia mati ?"
Bu Young mengerutkan kening, berpikir. Yi Gak tersenyum melihat Bu Young
tak dapat menemukan jawabannya. Ia bertanya pada Hwa Young dan bertanya
apakah ia mengetahui jawabannya. Hwa Young menjawab, kalau ia mungkin
tahu tapi ia mungkin juga tak tahu.
Yi Gak tertawa mendengar jawaban Hwa Young yang tak pasti, dan menjawabkan untuknya, “Kau tak tahu jawabannya.”
Dan Bu Young menatap sedih akan kemesraan yang Yi Gak berikan pada Hwa Young.
Kembali ke jaman dahulu saat istri yi gak sudah meninggal
Yi Gak menyuruh mayat Hwa Young untuk ditutup saat tubuhnya diangkat
dari kolam, sehingga tak ada orang yang melihat kondisi wajah Hwa Young
yang memburuk. Ia juga melarang semua orang untuk menyentuh semua barang yang ada di kamarnya, dan menyuruh pengawal untuk berjaga di sana.
Ia bersumpah akan menemukan siapa pembunuh Hwa Young dan membunuhnya.
Menggenggam kain bersulam kupu, ia menyaksikan tubuh Hwa Young diangkat
dari kolam. Air matanya menetes dan jatuh ke atas kain, mengenai kupu-kupu.
Dan kupu-kupu itu keluar dari kain, mengelilingi Yi Gak dan terbang…
mengelilingi pria yang mirip Yi Gak di masa depan.
Pemuda itu adalah Tae Young, yang menghabiskan waktunya dengan melukis.Saat ini ia sedang berada di Manhattan. Ia
tersenyum melihat kupu-kupu yang kemudian menjauhinya dan mendekati
seorang gadis penjual buah dan akhirnya hinggap di pundak gadis itu.
Gadis itu adalah Park Ha. Park Ha tersenyum lebar melihat kupu-kupu itu.
Ia langsung menjadi patung agar tak mengagetkan kupu-kupu itu dan
menikmati kecantikan binatang molek itu.
Tae Young yang sedari tadi terpesona melihat Park Ha, langsung mengambil
pensil dan menggambar sosok Park Ha yang masih menjadi patung.
Tangannya dengan lincah menari, sehingga menghasilkan sosok wajah cantik
yang nampak bahagia.
Tapi wajah cantik yang bahagia itu langsung mengkerut melihat dua anak
mencuri apelnya. Ia langsung berteriak menyuruh kedua anak itu berhenti.
Namun kedua anak itu malah tertawa mengejek, sehingga Park Ha mengambil
sebuah apel dan melemparkannya.
Dan tepat mengenai kepala Tae Young. Park Ha terkejut melihat lemparannya malah mengenai seorang pria, mendekati untuk menolongnya.
Tapi sudah ada pria lain yang membantu. Ia adalah Tae Moo (Jung Tae Sung), sepupu Tae Young yang baru datang dari Korea. Tae Young tertawa melihat kedatangan sepupunya.
Merayakan kedatangan Tae Moo, mereka pergi ke pub, dan bertemu dengan
Park Ha lagi. Hmmm.. rupanya Tae Young tertarik dengan Park Ha, karena
ia mengatakan kalau Park Ha adalah gadis yang cantik, sesuatu yang
menurut Tae Moo hal yang jarang dikatakan oleh Tae Young.
Apalagi saat Tae Young menunjukkan sketsa wajah yang ia buat siang tadi, Tae Moo yakin kalau Tae Young menyukai Park Ha.
Tae Moo menyuruh Tae Young untuk berkenalan, tapi sepertinya Tae Young adalah cowok yang pemalu. Bahkan ketika Tae Moo tak sengaja mendengar kalau lusa Park Ha off dan menyuruh Tae Young untuk mengajak Park Ha kencan, Tae Young menolaknya.
Park Ha mendapat telepon dari Korea, mengabarkan kalau ayahnya sudah
ditemukan. Park Ha melonjak kegirangan dan memberitahu teman kerjanya
kalau ia akan pulang ke Korea untuk menemui keluarganya.
Di atas yacht, Tae Young sedang asyik membuat sketsa pemandangan gedung.
Tae Moo memberitahu kalau nenek ingin berbicara dengannya dan
menyuruhnya untuk menelepon nenek. Tapi Tae Young menolaknya, ia akan menelepon nenek nanti tapi tidak sekarang.
Tae Moo memaksa Tae Young untuk berbicara dengan nenek, karena ia
disuruh untuk menyeret Tae Young untuk pulang ke Korea. Tae Young
menyuruh Tae Moo berbohong kalau Tae Moo tak dapat menemukannya.
Tapi Tae Moo tak mau, “Nenek, atau kalau aku yang memanggilnya adalah
Ibu Presiden. Sepertinya ia memutuskan akan pensiun dari posisinya.”
Tae Young tetap tak
bergeming, “Kenapa ia ingin mewariskannya padaku jika aku tak tahu
bagaimana mengurus perusahaan. Mereka yang bekerja di perusahaan adalah
kau dan paman.”
“Itu karena kau dan keluargamu yang memiliki perusahaan ini, bukannya aku atau ayahku.”
“Kenapa kau bersikap seperti ini?” Tanya Tae Young. “Kita semua adalah keluarga.”
Tae Moo mulai tak sabar, “Hanya separuh saudara sepupu. Aku hanya berhak
separuh untuk menjadi keluargamu. Ibu Presiden adalah nenekmu, bukan
nenekku. Aku tak dapat memanggilnya nenek. Baginya, ayahku bagaikan duri
di matanya, karena suaminya berselingkuh dan memiliki anak yaitu
ayahku. Jadi perusahaan ini adalah miliki keluargamu.”
Tae Young tak suka mendengar kata-kata Tae Moo dan melarangnya berkata
yang bukan-bukan. Tae Young yang juga marah, menghampiri Tae Young dan
mengatakan, “Kalau begitu, jangan buat aku mengatakan yang bukan-bukan
karena aku telah menghabiskan 14 jam di pesawat untuk menjadi pesuruh
dan menemuimu.”
Tae Young mendorong Tae Moo dan Tae Moo pun memukulnya hingga Tae Young terjatuh.
Tak disangka,
kepala Tae Young mengenai pagar kapal dan iapun terjatuh. Melihat
sepupunya tercebur ke laut, Tae Moo buru-buru mengambil ban penyelamat,
untuk menolongnya.
Mendadak ia terdiam dan sesaat kemudian ia meletakkan kembali ban
penyelamat itu dan mengelap semua barang yang sempat ia sentuh.
Handphone Tae Young, yang sempat merekam kebersamaan mereka kemarin, ia
buang.
Tak mempedulikan Tae Young yang sudah tenggelam di laut, Tae Moo terjun ke laut dan berenang menuju daratan.
Dan ia pun pulang ke Seoul, satu pesawat dengan Park Ha, dan dijemput oleh pacarnya, Se Na.
Di kantor, Tae Moo melaporkan kalau ia tak dapat menemui Tae Young.
Walau mereka telah mengadakan janji untuk bertemu, tapi Tae Young tak
muncul. Ia juga tak dapat menghubungi Tae Young selama 5 hari ia berada
di New York.
Nenek sangat khawatir akan keselamatan Tae Young. Asisten nenek
mengusulkan untuk mengirim seseorang ke Amerika untuk melacak
keberadaannya. Nenek menyuruh asistennya segera melakukannya
Park Ha menduga kalau ayahnya tak mau bertemu dengannya karena sudah
memiliki kehidupan baru, tapi polisi itu meyakinkan kalau bukan itu
masalahnya, karena ayahnya menaruh data DNA nya di daftar polisi untuk
mencari anaknya. Tapi karena hal yang lainnya.
Yaitu karena ayahnya telah meninggal.
Park Ha menangis di depan abu ayahnya, membuat Se Na yang baru saja
datang heran. Siapakah gadis itu? Sebelum ibu menjawabnya, Park Ha
menolehkan wajahnya sedikit sehingga Se Na melihatnya.
Se Na terkesiap karena ia langsung mengenali adik tirinya . Dan ibu membenarkan keterkejutan Se Na.
Park Ha sudah berganti baju memakai baju berkabung. Walaupun gembira Park Ha sudah kembali, tapi ibu tak dapat menyembunyikan keheranannya. Bagaimana Park Ha yang sudah berusia 9 tahun saat itu tak dapat mengingat alamat dan nama ayahnya?
Park Ha menunjukkan luka di kepalanya dan menjelaskan kalau mobil yang ia tumpangi kecelakaan, dan ia harus tinggal di rumah sakit dalam waktu yang sangat lama.
Ibu akhirnya menyadari mengapa dulu mereka tak dapat menemukan Park Ha karena Park Ha sedang ada di rumah sakit. Se Na yang tak nyaman dengan percakapan itu, mengingatkan ibunya akan tamu yang sudah berdatangan. Ibu meminta Park Ha untuk ikut melayani para tamu karena keluarga mereka sangatlah sedikit. Park Ha menyanggupinya.
Se Na yang sedari tadi diam, saat ibunya pergi, berbalik dan bertanya pada Park Ha, “Apakah kau benar-benar tak mengingatku?”
Park Ha sesaat terdiam dan menggeleng. Walaupun Se Na mengatakan kalau sewaktu kecil, ialah yang menjaga Park Ha karena orang tua mereka bekerja di pasar, Park Ha tak dapat mengingatnya.
Menyadari kalau rahasianya aman tersimpan, Se Na pun menarik nafas lega.
Di masa lalu, Yi Gak mulai mengusut tentang kematian istrinya. Ia yakin kalau kematian ini bukanlah kecelakaan, melainkan pembunuhan. Raja mengingatkan Yi Gak akan kebiasaan Hwa Young yang suka berjalan-jalan di tengah malam kalau ia tak dapat tidur. Dan pasti terjadi kecelakaan, sehingga ia terjatuh ke dalam kolam.
Yi Gak membantah pendapat itu. Jika istrinya keluar kamar, pasti akan ada dayang-dayang yang mengikutinya yang akan langsung membantunya jika Hwa Young terjatuh. Kemana dayang-dayang itu?
Menurut penyidik, dayang-dayang itu ketakutan dan bersembunyi. Namun mereka berhasil menemukannya. Berdasarkan pengakuan dayang-dayang itu meninggalkan Hwa Young sejenak dan saat kembali ia menemukan Hwa Young telah terjatuh.
Raja marah mendengar hal ini dan menurutnya dayang-dayang itu patut dihukum mati. Tapi menurut laporan, dayang-dayang itu sudah tewas dibunuh oleh orang tak dikenal saat mereka hendak membawanya ke istana.
Ayah Hwa Young mengatakan kalau dayang-dayang itu sudah mendapatkan hukuman yang setimpal, dan meminta kasus ini ditutup sampai di sini.
Tapi Yi Gak tak ingin menutup kasus ini, dan memutuskan untuk menyelidiki kasus kematian istrinya sendiri. Maka ia menemui orang-orang pilihannya.
Yang pertama adalah Song Man Bo (Lee Min Ho). Seorang terpelajar , berusia 21 tahun, yang tak akan dapat menjadi pegawai kerajaan karena status anak haramnya. Walaupun ia berpura-pura menjadi playboy, tapi ia amat sangat pintar dan tak akan melewatkan informasi sekecil apapun. Tahun lalu, Man Bo pernah menangkap pelaku pembunuhan.
Yi Gak menemui Man
Bo yang sedang minum-minum di warung dan menggoda seorang wanita (yang
ternyata adalah laki-laki) dan memintanya ikut dengannya karena ada
sebuah kasus pembunuhan.
Yang kedua adalah Woo Young Seol (Jung Seok Won), pendekar yang hampir dipenggal karena membunuh seorang bangsawan yang membunuh ibu dan memperkosa adiknya. Saat itu ia juga membunuh 7 pengawal sekaligus.
“Untuk melindungi rakyat dan Negara”
“Aku adalah Negara, maka lindungilah aku.”
Dan yang terakhir adalah seorang gisaeng yang buang air kecil di WC Pria. Do Chi San (Choi Woo Shik),
dulunya seorang kasim tapi dipecat dari istana karena terlalu dekat
dengan para dayang. Dan sekarang ia adalah gisaeng terkenal yang
mengetahui segala informasi atau gossip yang beredar. Bahkan yang
terjadi di tempat tidur pun ia tahu.
Berempat, mereka menyelidiki kematian putri
mahkota Hwa Young. Yi Gak membawa ketiga penyidik itu ke kamarnya dan
menceritakan kronologis kejadian sebelum kematian Hwa Young.
Malam itu ia minum dengan Hwa Young dan tak
ada yang berbeda pada malam itu. Adik iparnya, Bu Young, datang untuk
memberikan jawaban dari teka-teki yang ia berikan.
Bu Young berhasil menjawab teka-teki itu. Setelah Bu Young pergi, ia minum segelas arak lagi dan tertidur. Saat ia bangun, istrinya sudah tak ada di sisinya.
Bu Young berhasil menjawab teka-teki itu. Setelah Bu Young pergi, ia minum segelas arak lagi dan tertidur. Saat ia bangun, istrinya sudah tak ada di sisinya.
Mereka mulai mengusut dan memberi laporan
pada Yi Gak. Man Bo menduga putri Hwa Young diracun. Berdasarkan
perhitungan waktu dan langkah Hwa Young, racun di dalam tubuh mulai
bekerja saat ia berada di taman dan iapun terjatuh di kolam.
Young Seol melaporkan kalau penjual racun di pasar telah diketemukan tewas. Dan racun yang biasa ia jual berupa serbuk putih.
Man Bo menduga kalau serbuk itu ditaburkan di manisan kesemek yang dihidangkan malam sebelum kejadian.
Chi San masuk dan melaporkan kalau ia
menemukan seseorang yang melihat Hwa Young di malam itu. Yi Gak menyuruh
untuk mengantarkannya menemui orang itu. Dan mereka pun pergi berkuda
dari istana untuk mencari saksi mata itu.
Mereka melewati kura-kura dari batu yang menggerakkan kepalanya, sebagai isyarat kalau malam itu bukan malam yang biasa.
Sesampainya di hutan, mereka tak menemukan satu orangpun. Yi Gak bertanya pada Chi San, apakah ini tempat yang benar? Chi San meyakinkannya.
Sesampainya di hutan, mereka tak menemukan satu orangpun. Yi Gak bertanya pada Chi San, apakah ini tempat yang benar? Chi San meyakinkannya.
Tiba-tiba sebuah panah hampir mengenai Yi Gak. Young Seol langsung bersiaga melindungi Yi Gak.
Mereka dikejar oleh gerombolan penunggang kuda sehingga mereka harus melarikan diri, sampai ke lembah yang berjurang.
Tak ada jalan lain selain melompati jurang
itu untuk melepaskan kejaran gerombolan yang tak dikenal. Yi Gak
mempercepat laju kudanya diikuti oleh ketiga pengawalnya. Saat di
pinggir tebing, mereka melompat, namun seakan tertarik ke dalam
kegelapan awan sehingga mereka terlepas dari kudanya.
Sesaat kemudian kuda-kuda itu mendarat dengan selamat di sisi tebing yang lain, tanpa satupun pengendara yang tersisa.
Dua tahun telah berlalu setelah kematian
ayah Park Ha. Di depan Se Na, Ibu memuji kehebatan Park Ha yang mampu
membuka toko di pasar. Se Na tak tertarik dengan percakapan mereka,
karena ia sudah lelah dan harus membawa ibu, yang kakinya sedang
di-gips, pulang.
Menyadari Se Na sudah terlalu sibuk, Park
Ha memberitahu kalau ia mengetahui hal itu, ia yang akan membawa ibu
pulang. Se Na malah menyalahkan Park Ha yang tak meneleponnya lebih
cepat, sehingga ia sekarang harus menjemput ibu.
Setelah Se Na dan ibunya pulang, Park Ha pun membereskan barang dagangannya dan pulang ke rumah.
Di dalam rumah, ia melepaskan lelah dan minum segelas air. Sesuatu di sudut rumah menarik perhatiannya.
Suara itu seakan membangunkan keempat pria yang terduduk dan kaget melihat Park Ha. Young Seol, Chi San dan Man Bo langsung melindungi Yi Gak, saat melihat Park Ha mengambil wajan untuk menyerang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar