Sinopsis Rooftop Prince Episode 11 - 1
Mianhae, sebenernya saya sudah mbuat sinopsis tentang rooftop prince episode ini sejak lama, tapi entah kenapa setiap buka blog komputernya mati.. :(
komputernya nakal lagi . -__-''
komputernya nakal lagi . -__-''
jadi saya males deh mbuka blog.
tapi gak enak juga kalau buat sinopsis terus macet gitu aja.
so...
aku memutuskan untuk memberikan sinopsis lanjutan dari beberapa sumber media
*ini berarti bukan aku yang mbuat.. hehehe :D
so.. ini dia sinopsisnya.
“Bertanggung jawablah!”
kata Yi Gak setelah menghentikan laju sepeda Park Ha.
Park Ha mendongak dan menatap Yi Gak, bingung akan respon Yi
Gak. Apa artinya itu? Menerima atau menolak pernyataan Park Ha? (Note: Jika di
Korea arti bertanggung jawab bisa dikonotasikan sebagai menikah)
Yi Gak melanjutkan, “Ada tanah yang masuk ke dalam handphone sehingga handphone-ku rusak. Kau harus bertanggung jawab.”
Park Ha lega mendengarnya. Ternyata Yi Gak belum membaca
SMS-nya. Maka iapun meminta maaf pada Yi Gak. Tak seperti biasanya, Yi Gak tak memperpanjang masalah
ini, tapi ia mengancam akan menghukum Park Ha jika Park Ha bercanda seperti ini
lagi. Ia kemudian menyatakan kalau ia
lapar dan mengajak Park Ha makan.
Ajakan ini langsung disambut Park Ha, “Yang paling terakhir, harus mentraktir!” Dan Park Ha langsung mengayuh sepedanya dengan kencang, meninggalkan Yi Gak. Tak seperti biasanya juga, Yi Gak hanya diam tak mengejar Park ha malah menatap punggung Park Ha penuh arti.
Park Ha mendapat telepon dari ibunya yang meminta agar Park Ha datang ke rumahnya. Park Ha menyanggupi dan mengajak Yi Gak untuk mampir sebentar di rumah ibunya.
Hampir saja mereka bertemu dengan Se Na di pertigaan jalan.
Sesampainya di rumah ibu, Park Ha meminta Yi Gak menunggu di luar sebentar
karena ia ingin menemui ibunya.
Di rumah, Ibu meminta pertolongan Park Ha yang sudah pernah
mengisi laporan pajak untuk membuatkan laporan pajak untuknya. Sebenarnya ia ingin
mengisi sendiri, tapi ia malah bingung ketika akan mengisinya.
Park Ha menyanggupi, tapi ia ingin mengerjakan laporan ibu di rumahnya karena sekarang temannya sedang menunggu di luar. Mendengar kata teman, Ibu teringat akan handphone yang ia temukan saat membongkar nota pajak di tas kertasnya. Sepertinya ibu salah mengambil handphone saat ia mengunjungi rumah Park Ha.
Park Ha menyanggupi, tapi ia ingin mengerjakan laporan ibu di rumahnya karena sekarang temannya sedang menunggu di luar. Mendengar kata teman, Ibu teringat akan handphone yang ia temukan saat membongkar nota pajak di tas kertasnya. Sepertinya ibu salah mengambil handphone saat ia mengunjungi rumah Park Ha.
Ia membuka handphone yang telah retak dan menunjukkan foto
Tae Young dan Nenek, “Bukankah dia adalah teman serumahmu? Tapi layarnya telah
pecah. Apakah temanmu berniat untuk membuangnya?”
Di luar, Park Ha memberikan handphone itu pada Yi Gak dan bertanya, “Sepertinya ini adalah handphone Tae Young. Apakah kau menghilangkannya? Bukankah seharusnya kau menjaga handphone ini dengan hati-hati?”
Melihat handphone yang layarnya sudah pecah membuat berpikir
lagi tentang hilangnya handphone itu saat ia bersama Tae Moo dan ia juga teringat
pada kata-kata Tante yang menduga kalau mereka dapat melihat foto-foto di
dalamnya maka mereka dapat mencari penjelasan tentang keberadaan Tae Young 2
tahun terakhir ini.
Di rumah loteng, Chi San mengerang karena perutnya yang
sangat sakit. Man Bo dan Young Sul sangat panik. Untung Se Na kebetulan datang
dan buru-buru membawa Chi San ke rumah sakit.
Di luar UGD, Man Bo dan Young Sul menunggui Chi San yang
sedang diperiksa dokter.
“Kasim Do tak akan mati, kan?” tanya Young Sul pada Man Bo.
“Siapa yang akan mati?” Man Bo menepis kekhawatiran Young Sul. “Ia tak boleh mati. Jikapun harus mati, ia pasti ingin mati di jaman Joseon. Bukan di jaman sekarang, di tempat asing ini.”
Se Na datang dan menenangkan Man Bo dan Young Sul kalau Chi San hanya terkena usus buntu dan akan dioperasi segera. Hanya operasi sederhana bukan operasi besar.
Yi Gak dan Park Ha pulang ke rumah dan mendapati rumah
sangat sepi. Untung Man Bo muncul karena ia harus pulang ke rumah untuk
mengambil baju ganti Chi San. Ia memberitahu kalau Chi San mendapat usus buntu
dan mengajak mereka ikut ke rumah sakit.
Young Sul dan Se Na masih menunggui Chi San yang
perlahan-lahan mulai sadar. Se Na menenangkan Chi San kalau mungkin Chi San
akan merasa sakit, tapi tak lama lagi akan sembuh. Yi Gak, Park Ha dan Man Bo datang menjenguk
Chi San.
Man Bo memuji Se Na yang sangat tanggap, dan berkat
jasanyalah Chi San dapat terselamatkan. Yi Gak berterima kasih pada Se Na.
“Bukan hal yang besar. Aku sebenarnya tak melakukan apa-apa,”
kata Se Na.
“Tidak, kau melakukan sesuatu yang sangat berarti bagi kami,” ujar Yi Gak.
Mereka berempat (minus Chi San dan Park Ha) mulai berbicara mengenai barbecue yang mubazir di rumah karena Chi San tak boleh makan sampai buang gas.
Diam-diam Park Ha keluar dari kamar dengan muram. Tak ada yang memperhatikan kehadirannya juga ketidakhadirannya. Hanya Yi Gak yang menyadarinya, tapi ia hanya memandang kepergian Park Ha dalam diam.
Di kamar mandi, Park Ha mencuci tangan, mencoba mengalihkan
perhatian dari kehadiran Se Na yang sepertinya tampak nyaman dalam kelompok
Joseoners. Setelah itu ia keluar dari kamar mandi. Tapi langkahnya terhenti
karena ia mendengar suara Yi Gak dan Se Na sedang bercakap-cakap.
“Maaf merepotkanmu. Terima kasih,” Park Ha mendengar Yi Gak
berkata.
“Bisakah kau menenangkanku?” suara Se Na terdengar sedikit
keras. “Ketika aku bertanya padamu mengenai Park Ha, ingatkah kau pernah mengatakan
kalau aku tak perlu khawatir akan dia?”
“Ya.”
“Tapi sejujurnya, hal itu sangat menggangguku. Saat Chi San mengeluh kesakitan, hanya ada mereka bertiga. Kau dan Park Ha tak ada di rumah. “
“Kami hanya pergi sebentar. Tak terjadi apapun.”
“Walaupun tak terjadi apapun, tapi hal itu tetap menggangguku,” kata Se Na. “Kurasa aku mengatakan hal yang aneh. Lebih baik aku pergi saja.”
Park Ha buru-buru sembunyi karena Se Na akan melewatinya. Tapi ia tak dapat menyembunyikan kesedihannya mendengar pengakuan Yi Gak tadi.
Chi San menceritakan perasaannya saat sedang kesakitan. Ia pikir
ia akan mati tanpa melihat wajah ibunya. Walaupun kesakitan, tapi ia tetap
teringat pada rumah. Man Bo bertanya apakah Chi San ingat kalau ia ingin mati
setelah kembali ke Joseon?
“Tempat ini sangatlah nyaman,” jawab Chi San sedih. “Tapi
rumahku adalah tempat di mana keluargaku tinggal. Kapan kita bisa kembali ke
Joseon?”
Yi Gak merasa bersalah karena belum mampu memecahkan misteri
sehingga mereka tetap berada di jaman sekarang. Ia meminta mereka bersabar dan percaya
padanya kalau mereka akan segera kembali ke Joseon.
Park Ha datang dengan membawa 3 kotak makan. Ia menjelaskan kalau Chi San harus puasa dulu dan ia sedang tak berselera makan. Yi Gak hanya memandang Park Ha namun tak berkomentar lebih jauh, malah mengatakan kalau ia juga tak berselera makan.
Chi San ngiler menatap kotak makan yang sekarang dipegang Man Bo. Man Bo menyikut Young Sul, mengajaknya makan karena ia sudah lapar. Tapi Young Sul mengumumkan kalau ia juga tak mau makan sampai Chi San buang gas.
Diam-diam Man Bo menggerutu, menutup kotak makan miliknya dan melirik kesal pada Young Sul yang setia kawan pada Chi San.
Tapi tidak setia kawan padanya yang sedang kelaparan. LOL.
Park Ha berdiri di halte, menunggu bis. Begitu pula Yi Gak. Park Ha terdiam, sibuk dengan pikirannya sendiri. Begitu pula Yi Gak.
Bis berhenti di hadapan mereka. Yi Gak beranjak masuk ke
dalam bis, tapi Park Ha tak ikut naik dan ia tak menyadari kalau Park Ha tak mengikutinya. Ia baru tersadar
setelah duduk dan melihat Park Ha diam termangu tetap di tempatnya berdiri.
Yi Gak ingin memanggil Park Ha, tapi bis sudah bergerak
maju. Begitu pula Park Ha yang berjalan perlahan, menandakan kalau ia memang
tak ingin naik bis. Kali ini Yi Gak membiarkannya sendiri. Ia hanya dapat
menatap Park Ha dari kejauhan.
Pukul 11.35. Yi Gak cemas menunggui Park Ha yang tak kunjung
pulang. Ia mencoba menelepon Park Ha, tapi handphone-nya dimatikan. Kali ini Yi
Gak tak dapat membiarkannya.
Ia mengambil jaketnya dan menyusuri jalan mencari Park Ha. Yi Gak mulai panik karena gadis itu tak dapat ia temukan. Di halte, di toko, di setiap bis yang datang, tak ada sosok Park Ha.
Sejak tadi Park Ha sudah pulang tapi hanya duduk di halaman dan menatap gambar pantai yang biasanya dapat menenangkan hatinya. Tapi kali ini gambar itu tak membuatnya gembira.
Akhirnya Yi Gak pulang dan betapa lega ia menemukan Park Ha sudah pulang. Tapi alih-alih beristirhat di dalam rumah yang hangat, Park Ha malah duduk terpekur di luar rumah. Iapun bertanya, “Kenapa kau ada di luar dan tak masuk rumah?”
Park Ha pun tak kalah kaget melihatnya, “Lho, kau bukannya
ada di dalam?”
Hmm.. sepertinya ada yang sedang ingin menghindar nih..
Park Ha mencoba bersikap wajar dengan bertanya kemana saja Yi Gak selarut ini? Yi Gak beralasan kalau ia ingin menghirup udara segar.
Yi Gak balik bertanya, “Kenapa kau tak mengangkat
handphonemu?”
“Kau meneleponku? Baterai handphone-ku habis,” jawab Park Ha. “Ada perlu apa kau meneleponku?”
Yi Gak berdehem dan beralasan, “Aku ingin menyuruhmu mengerjakan sesuatu.”
Di dalam rumah, Yi Gak sedang menghadapi aquarium. Park Ha membawa pot kecil. “Apakah ini yang kau perlukan?” tanya Park Ha sambil menyerahkannya pada Yi Gak. Yi Gak menerimanya dan Park Ha beranjak pergi.
Tapi Yi Gak menyuruh Park Ha duduk untuk membantunya. Park
Ha membuat lubang dalam pot dan dengan hati-hati Yi Gak menaruh biji teratai
yang telah bertunas ke dalam pot.
Park Ha menatap sedih melihat ‘dirinya’ ditanam di dalam
pot, “Kenapa kau hanya mengambil teratainya saja?”
“Aku harus memisahkannya agar ia tumbuh besar dan tidak mati.”
“Kenapa ia tak bisa hidup bersama ikan dalam aquarium? Kenapa kau harus melakukannya?”
“Sejak awal aku memang berencana memisahkannya.”
Karena mereka sama-sama tahu apa arti teratai dan ikan bagi mereka, jawaban Yi Gak membuat Park Ha menyadari dimana posisinya. Tak sanggup berlama-lama bersama Yi Gak, ia berdiri meninggalkan Yi Gak.
Park Ha duduk termangu di kursi taman. Ia tak menyadari
keberadaan Yi Gak yang memandanginya dari belakang, dan baru tersadar saat Yi
Gak berdehem keras. Yi Gak ikut duduk di kursi, tapi Park Ha segera berdiri dan
mengatakan kalau ia akan membeli buah-buah untuk Chi San.
Park Ha melangkah pergi, tapi berhenti karena Yi Gak
menggenggam tangannya.
“Apakah kau benar-benar menyukaiku?”
Setelah semua yang dialaminya hari ini, setelah melihat Se Na menyelamatkan Chi San, setelah Yi Gak mengaku pada Se Na kalau ia menganggap hubungan mereka biasa-biasa saja, dan sekarang Yi Gak bertanya hal itu?
Park Ha menatap Yi Gak dengan berkaca-kaca. “Kau melihat SMS
itu?” tanya Park Ha terbata-bata. “Kau melihatnya tapi berpura-pura tak
melihatnya seharian dan membuatku tampak seperti orang bodoh?”
Park Ha berbalik memunggungi Yi Gak, kepercayaan dirinya mulai hilang. Yi Gak menyentuh bahu Park Ha dan membalikkannya agar Park Ha menatap matanya. Tapi ia melihat air mata sudah merebak di mata Park Ha, walau begitu perlahan ia tetap berkata, “Jangan menyukaiku.”
Sesaat, tak ada jawaban yang keluar dari mulut Park Ha. Kemudian ia berbalik dan pergi meninggalkan Yi Gak, tak sempat mendengar Yi Gak bergumam, “Maafkan aku.”
Malam itu Park Ha duduk menangis di taman, sedangkan Yi Gak duduk menunggunya di halaman rumah.
Yi Gak membawa handphone Tae Young ke service center. Dan betapa
terkejutnya ia setelah menerima kembali handphone yang telah diganti layar dan
dibuka passwordnya.
Foto terakhir di handphone itu adalah foto Tae Moo dan Tae
Young berfoto bersama di sebuh pub. Saat diperiksa tanggalnya, 17 Februari.
Yi Gak menemui Park Ha yang membawakan kartu pos
milik Tae Young seperti yang ia minta. Yi
Gak juga meminta Park Ha untuk menceritakan kembali bagaimana kartu pos itu
bisa ada di tangannya.
Walaupun tak mengerti maksud Yi Gak, ia pun menurut dan
mulai menceritakan kembali peristiwa 2 tahun yang lalu.
“Saat itu aku bekerja di pub di New York, atasanku memberikan kartu pos ini. Katanya seseorang meninggalkannya untukku. Aku tak tahu kapan ia melukis wajahku. Aku tak pernah tahu kalau pria itu adalah Yong Tae Young. “
“Kapan kau menerima kartu pos ini?”
Park Ha mulai merunut mundur, “Aku pulang ke Korea tanggal 20 Februari. Ia memintaku untuk bertemu pada malam sebelumnya, tanggal 19 Februari. Pesan di kartu pos itu memintaku untuk datang lusa. Jadi tanggal aku menerima kartu pos itu .. tanggal 17 Februari.”
Cocok. Yi Gak teringat dengan tanggal foto di handphone Tae Young
juga 17 Februari.
Yi Gak bergumam, “Kau seharusnya dapat bertemu dengan Tae Young.”
Saat itu Park Ha mendatangi Taman Liberty, tapi Tae Young tak datang. Ia merasa kalau Tae Young memang tak berniat menemuinya. Tapi Tae Young menduga kalau ketakhadiran Tae Young di sana karena saat itu ia sudah meninggal.
Park Ha terkejut mendengarnya. Meninggal? Benarkah apa yang
Yi Gak katakan? Bagaimana Tae Young dapat meninggal?
Itu yang ingin dicari tahu oleh Yi Gak. Namun yang pasti adalah,
“Kau seharusnya dapat bertemu dengan Tae Young. Kau ditakdirkan untuk bertemu dengan Tae Young.” |
Yi Gak meng-cross check informasi yang ia dapat dari Park Ha dengan informasi yang dimiliki Taek Soo. Menurut Taek Soo, mereka memperkirakan hilangnya dirinya (Tae Young) pada tanggal 18 Februari karena pada hari itu ia menyewa kapal. Tapi kemudian mereka menemukan kapal tanpa ada dirinya di dalam.
Yi Gak menulis informasi itu di atas kertas, dan ia bertanya
kapan Tae Moo pergi ke Amerika? Taek Soo menjawab 17 Februari.
Ia merenung dan berpikir, membuat Taek Soo berkata apakah ia
sudah dapat mengingat sesuatu? Yi Gak menggeleng, tak bisa menceritakan hal ini
pada Taek Soo.
Taek Soo yakin kalau Tae Moo berbohong tak pernah bertemu dengan Tae Young tapi mereka tak memiliki bukti. Jika saja mereka memiliki bukti kalau Tae Moo bertemu dengannya pada tanggal 17 – 18 Februari , maka otomatis kebohongan Tae Moo akan terbongkar.
Taek Soo yakin kalau Tae Moo berbohong tak pernah bertemu dengan Tae Young tapi mereka tak memiliki bukti. Jika saja mereka memiliki bukti kalau Tae Moo bertemu dengannya pada tanggal 17 – 18 Februari , maka otomatis kebohongan Tae Moo akan terbongkar.
Yi Gak mengajak Tae Moo untuk minum di sebuah pub. Tae Moo
bertanya apakah sepupunya sudah bisa beradaptasi di kantor barunya? Yi Gak
berkata kalau semakin ia bertemu dengan banyak orang, ingatannya mulai kembali.
Tapi ingatan itu membuatnya marah.
“Kenapa kau mengingat kenangan-kenangan yang buruk?” tanya
Tae Moo santai.
“Apakah kau percaya pada takdir?” tanya Yi Gak balik.
Tae Moo tertawa mendengar pertanyaan Yi Gak. Ia tak pernah mempercayainya. Yi Gak kemudian mengambil botol bir dan sebuah gelas dan meminta Tae Moo menganggap gelas ini seorang wanita dan botol itu adalah seorang pria.
“Ada seorang pria dan seorang wanita. Mereka ditakdirkan
untuk bertemu.,” kemudian Yi Gak menyenggol botol bir itu hingga terjatuh. “Tapi
sesuatu menghalangi pria itu hingga ia tak mampu menemui wanita itu. Itulah
yang membuatku marah.”
Tae Moo berkata kalau ia tak mengerti apa yang sepupunya katakan.
Maka Yi Gak memperjelas maksud kata-katanya dengan pertanyaan.
“Kapan percakapan terakhir kita sebelum aku menghilang?”
“Saat itu aku di Seoul dan kau ada di Amerika, kita melakukan telepon internasional. Saat itu aku mengajakmu untuk bertemu saat aku sampai di Amerika,” jawab Tae Moo tetap santai.
Tae Moo melihat sekeliling dan baru menyadari kalau bar ini
mirip dengan bar yang pernah ia kunjungi 2 tahun yang lalu bersama Tae Young. Tae
Moo mulai waspada, tapi ia mencoba tetap bersikap santai, “Mungkin saja. Aku
pergi ke New York 2 atau 3 kali dalam setahun. Lagipula interior bar ini sangat
umum ditemukan.”
Yi Gak pun tak kalah santai menjawab, “Aku tak tahu apakah
aku melihat dari ingatanku atau hanya imajinasiku semata. Aku tak dapat yakin
sepenuhnya, tapi sepertinya percakapan terakhir kita bukanlah di telepon. Tapi
seingatku adalah percakapan kita di perahu. Mungkinkah itu hanya imajinasiku?”
Walaupun sedikit gemetar, Tae Moo masih berkelit, “Apakah kau sedang membicarakan kapal yang kau naiki saat kau menghilang?
“Kak, katakanlah padaku satu hal ini. Dua tahun yang lalu, tanggal 17 Februari. Saat kau pergi ke New York. Apakah kau bertemu denganku? Atau tak bertemu denganku?” |
Tae Moo menatap Yi Gak tajam, namun Yi Gak pun membalas tatapan Tae Moo menuntut jawaban darinya.
sumber :
http://www.kutudrama.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar