Sinopsis Rooftop Prince Episode 14
Sinopsis Rooftop Prince Episode 14
“Kau bukan orang seperti ini,”
kata Yi Gak membandingkan Se Na dengan putri mahkotanya. “Kenapa kau membohongiku?”
“Karena aku mencintaimu. Tae
Young, aku mencintaimu.” kata Se Na dengan mata berkaca-kaca, “Jadi rasanya
sangat menyakitkan saat aku melihat Park
Ha selalu ada di dekatmu,.”
“Jadi karena itu kau menipuku?
Dan mengirim Park Ha keluar negeri? Apa itu masuk akal?” tanya Yi Gak
berapi-api.
“Sebenarnya. . sebenarnya Nenek
yang menyuruhku untuk memberikan tiket itu pada Park Ha,” tutur Se Na lirih.
Air matanya mengucur semakin deras. “Maafkan aku. Walaupun itu adalah perintah
nenek, tak seharusnya aku melakukannya. “
Haahh?? Se Na benar-benar kawakan
nih. Kebohongannya membuat Yi Gak terpana dan otomatis Se Na selamat dari kasus
amplop tertukar itu. Bahkan Yi Gak juga minta maaf atas nama neneknya.
Tapi Se Na berpura-pura baik dan
berkata, “Bukan, semua itu salahku.”
Setelah bertemu dengan Yi Gak, Se
Na buru-buru menelepon nenek untuk menemuinya. Rupanya Se Na khawatir kebohongannya
akan terbongkar jika sewaktu-waktu Yi Gak bertanya pada neneknya.
Tentu saja nenek marah dan menyetujui tindakan Se Na saat Se Na
menceritakan kalau Yi Gak menyewakan
apartemen untuk Park Ha. Se Na berpura-pura menyesal karena ia telah melakukan
sesuatu yang tak seharusnya ia lakukan yaitu menukar tiket pesawat dalam
amplop yang ada kontrak apartemen di amplop yang seharusnya diberikan pada Park
Ha.
Nenek menyetujui tindakan Se na bahkan
berkata kalau Se Na terlalu baik dengan memberikan tiket pesawat pada Park Ha.
Seharusnya Se Na langsung mengusirnya saja.
Se Na juga minta maaf pada nenek. Karena takut Yi Gak marah padanya, ia telah mengkambinghitamkan nenek sebagai orang yang menyuruhnya memasukkan tiket itu. Tapi Nenek tak mempermasalahkannya. Se Na boleh menggunakan nenek sebagai alasan dan pura-pura tak tahu apa-apa.
Se Na juga minta maaf pada nenek. Karena takut Yi Gak marah padanya, ia telah mengkambinghitamkan nenek sebagai orang yang menyuruhnya memasukkan tiket itu. Tapi Nenek tak mempermasalahkannya. Se Na boleh menggunakan nenek sebagai alasan dan pura-pura tak tahu apa-apa.
Se Na menatap nenek dengan rasa
terima kasih yang mendalam. Kebohongan yang ia katakan pada Yi Gak sudah aman
terkendali.
Namun Yi Gak ternyata tak sepolos
dugaan Se Na. Ia berpikir ulang semua kata-kata Se Na dari saat ia mengaku
kalau amplop itu tertukar hingga alibi Se Na saat Yi Gak memberikan bukti
stempel itu. Sepertinya kecurigaan Yi Gak pada Se Na tetaplah ada. Ia mengikuti
Se Na yang pergi ke rumah nenek, dan
setelah itu ia juga mengikuti Se Na masuk ke dalam sebuah gedung apartemen.
Betapa kagetnya saat melihat Se
Na menemui Tae Moo di tempat parkir dan
Tae Moo memeluknya.
Tae Moo meminta Se Na untuk
kembali ke apartemennya lagi karena toh ayahnya sudah mengetahui hubungan
mereka. Ia mau menerima Se Na apa adanya.
Tapi Se Na masih tak mau. Ia
melepaskan pelukan Tae Moo dan berkata kalau sekarang ia telah bertunangan.
Se Na pergi dan masuk ke dalam
mobil, meninggalkan Tae Moo yang berteriak, “Tae Young tak pernah mencintaimu.
Akulah yang selalu mencintaimu.!”
Teriakan itu terdengar dari dalam
mobil Yi Gak. Tentu saja Yi Gak terkejut mendengarnya.
Yi Gak masih membuntuti Se Na
yang berhenti di sebuah gedung yang langsung Yi Gak ingat kalau Park Ha pernah
membawanya ke rumah ini untuk menemui ibunya.
Kebetulan seorang wanita keluar
dan Yi Gak mengenalinya sebagai ibu Park Ha dan bertemu Se Na. Betapa kagetnya
Yi Gak saat Se Na memanggilnya ibu Park Ha dengan sebutan ibu. Se Na juga
bertanya tentang kota tempat kerja Park Ha yang baru.
Semua petunjuk telah
terbuka. Di pinggir sungai, Yi Gak
berpikir ulang bagaimana putri mahkota meninggal, dan bagaimana ia bertemu
dengan Se Na. Ia juga teringat pertanyaan Park
Ha yang bertanya tentang kemiripan antara putri mahkota dengan Se Na, bukan
dari sisi penampilan tapi dari sisi kepribadiannya. Ia juga teringat kelesuan
Park Ha saat menceritakan kakaknya yang ternyata adalah Se Na.
Dan ia pun bertanya-tanya, “Apa
yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku melanjutkan jalan yang telah aku
jalani? Atau haruskah aku mengambil jalan lain?”
Yi Gak sadar kalau ia memilih
jalan yang lain, ia mungkin tak dapat mengendalikan apa yang terjadi
selanjutnya dan ia tak dapat menemukan alasan mengapa ia melintasi waktu ke
jaman ini. Dan akibatnya pintu untuk kembali ke masanya akan tertutup.
Memikirkan hal ini, ia bertanya pada dirinya sendiri, “Sebagai putra mahkota,
apa yang sebaiknya aku lakukan?”
Yi Gak mengajak Se Na bertemu
kembali. Se Na datang dengan gembira karena pada tadi siang ia merasa kecewa
dengan pertemuan mereka. Tapi Yi Gak tak membalas kegembiraan Se Na. Dengan
muka keruh, ia menyuruh Se Na untuk duduk.
“Hong Se Na-ssi. Watak aslimu
sebenarnya yang mana? “ tanya Yi Gak langsung.
Se Na kaget, tak mengerti ucapan
Yi Gak. Jika Yi Gak ingin mencari tahu
masalah tiket pesawat, Yi Gak dapat langsung bertanya pada neneknya sendiri.
“Stop! Jika kau berkata satu
kebohongan lagi, aku benar-benar tak akan memaafkanmu,” sentak Yi Gak.
“Kau itu kenapa, sih? Kapan aku
pernah berbohong?” Se Na pura-pura marah dan beranjak dari kursinya. “Lebih
baik aku pergi saja.”
Yi Gak bangkit dari kursi dan
mencengkeram lengan Se Na, menyuruhnya untuk duduk kembali. Dengan nada
mengancam ia berkata, “Sampai aku selesai berbicara, jangan pernah berpikir
untuk bergerak sedikitpun.”
Ketakutan, Se Na mematuhi
perintah Yi Gak. Yi Gak pun membeberkan apa yang baru saja ia ketahui.
Tangan Se Na gemetar mendengar
rahasianya satu persatu mulai terbongkar. Tapi Yi Gak belum selesai berbicara.
Dengan nada geram Yi Gak berkata,
“Kau berbohong untuk menutupi kebohonganmu yang lain. Pernahkah kau berkata
jujur padaku? Hahh?! Semua dalam dirimu adalah hanya kebohongan.” Yi Gak
berkata lebih pelan, namun menusuk hati Se Na. “Kau bukanlah orang yang aku
cari. Aku tak dapat menikahimu. Pergilah sekarang juga.”
Se Na gemetar, shock mendengar Yi
Gak memutuskan pertunangan mereka. Ia tak mempu bergerak sedikitpun, hingga Yi
Gak harus berteriak padanya, “Kataku, pergilah sekarang juga!”
Yay! Hore untuk Pangeran Yi Gak.
Se Na meninggalkan Yi Gak dengan
air mata di pipi dan ia pergi ke pub untuk minum-minum. Hmm.. sepertinya bukan
patah hati yang dirasakan Se Na sekarang. Tapi dendam kesumat pada Yi Gak.
Yi Gak memberitahukan
keputusannya untuk tak menikahi Se Na pada ketiga pengikutnya. Tentu saja
ketiga pengikutnya kaget tak mempercayai ucapan junjungannya. Mereka bertanya,
lalu bagaimana cara mereka dapat kembali ke Joseon? Bukankah menjadi sia-sia
mereka pergi melintasi waktu ke jaman sekarang?
Tak bisa memberi jawaban pada
pertanyaan mereka, Yi Gak hanya dapat meminta maaf karena keputusannya ini.
Keputusan Yi Gak ini membuat
ketiga Joseoners duduk kesal di kursi teras. Merasa tak mungkin lagi kembali ke
Joseon, mereka membuka hadiah yang akan mereka bawa untuk keluarganya. Chi San
mulai menempelkan koyo ke badannya, Young Sul memakan dendeng yang seharusnya
untuk ayahnya, dan Man Bo.. well karena yang ia beli adalah krim wajah untuk
adiknya, ia mengoleskan krim itu di tangannya. Hmm.. kenapa gak diwajah saja
sekalian, ya..
Chi San menyalahkan Yi Gak yang
menyukai Park Ha sehingga pertunangan dibatalkan. Tapi Man Bo berpikir lain.
Jika Yi Gak dan Park Ha saling menyukai satu sama lain, bukankah ini juga
disebut takdir?
Tapi Young Sul merasa Yi Gak egois, karena perjalanan
lintas waktu ini tak hanya berkaitan dengan diri Yi Gak sendiri. Chi San
menyetujui pendapat Young Sul dan menambahkan kalau Yi Gak tak bertanggung
jawab.
Man Bo menggebrak meja dan marah.
Ia menunjuk pada Young Sul, “Kau.. jika bukan karena Yang Mulia, kepalamu pasti
sudah terpenggal di Joseon.” Ia juga menunjuk perut Chi San, “Jika kau masih
ada di Joseon, sekarang kau pasti sudah mati karena usus buntumu tak bisa
dioperasi.”
Man Bo menyadarkan kedua
temannya, “Jika bukan karena Park Ha noona, saat kita sampai di jaman ini, kita
pasti akan jadi pengemis di jalanan. Jika Yang Mulia memang membatalkan
pertunangannya, aku ingin memberitahukan kabar ini pada Park Ha-ssi.”
Young Sul dan Chi San menyadari
kebenaran kata-kata Man Bo dan setuju untuk memberitahukan pada Park Ha. Tapi
mereka kan tak tahu ada dimana Park Ha sekarang?
Dengan senyum bangga, Man Bo
bertanya balik, “Dari sekian banyak tempat wisata yang ada, kalian pikir kenapa
aku mengusulkan kota Jinan?”
Wajah kedua temannya memancarkan
kata, “aaahhh.. ternyata kau sudah tahu, ya” dan berbekal kesadaran itu, mereka
berdiri dengan tekad baru.
Namun.. untuk sesaat ketiganya menghilang. Kali ini seluruh badan, walau hanya sepersekian detik, untuk kemudian muncul lagi. Dan mereka tak menyadarinya.
Namun.. untuk sesaat ketiganya menghilang. Kali ini seluruh badan, walau hanya sepersekian detik, untuk kemudian muncul lagi. Dan mereka tak menyadarinya.
Di Jinan, Park Ha mengingat lagi ucapan
Yi Gak yang tak pernah ingin mengirimkan
Park Ha ke Amerika dan bagaimana perasaan yang sesungguhnya pada Park Ha.
Tiba-tiba terdengar suara yang ia
kenal baik memanggilnya. Ia kaget melihat ketiga Joseoners datang tapi ia
menyuruh mereka masuk. Di dalam kamar, Man Bo menjelaskan kalau mereka tahu
alamat Park Ha dari alamat yang tertera di paket yang akan Mimi kirimkan. Park
Ha hanya bisa meminta maaf saat Chi San mengatakan kalau mereka semua khawatir
karena Park Ha tiba-tiba menghilang .
Tapi mereka segera melupakan hal
itu dan meminta Park Ha untuk membuatkan omurice, karena mereka lapar. Kalau
Park Ha mau membuatkan, sebagai gantinya mereka akan memberitahukan kabar baik
untuk Park Ha.
Hehe.. tidak diberitahukan kabar
baik pun, Park Ha pasti juga mau membuatkan omurice, kok.
Setelah ketiga piring omurice
disajikan (lengkap dengan makanan pendamping), mereka mulai memberitahukan
kabar baik itu.
“Saat mendengarnya, kau jangan
pingsan, ya,” pinta Man Bo.
“Yang Mulia..” Chi San mulai
berkata. Tapi Young Sul sudah tak sabar dan memotongnya, “telah memutuskan
pertunangannya dengan Sekretaris Hong Se Na.”
Park Ha sangat kaget
mendengarnya. Ditemani Chi San, Park Ha keluar kamar dan bersiap-siap untuk
pergi mengejar kereta terakhir ke Seoul. Tapi Man Bo dan Young Sul tak kunjung
keluar. Chi San masuk lagi dan menyuruh Man Bo untuk segera menyelesaikan
omuricenya.
Tak seperti biasanya Man Bo makan
omurice perlahan-lahan. Dan yang namanya perlahan-lahan adalah mengambil nasi
dengan sumpit, sebutir demi sebutir nasi. Young Sul yang menemaninya sudah tak
sabar, “Rasanya mau mati melihatmu makan.” Tapi Man Bo tetap acuh dan malah
mengambil potongan wortel seupil dan berkata, “sepertinya aku ingin makan
wortel,” dan ia memasukkan wortel itu ke dalam mulutnya.
LOL. Mak Comblang yang satu ini
benar-benar pintar, deh..
Chi San keluar dan meminta Park
Ha untuk pergi ke terlebih dahulu, dan mereka bertiga akan menyusul. Park Ha
menyetujui dan segera berlari pergi.
Chi San masuk kamar Park Ha
dengan kesal dan memberitahukan kalau Park Ha telah pergi. Mendengar itu, Man
Bo langsung memakan omurice-nya dengan lahap dan mengeluh kalau ia sudah sangat lapar. Chi San dan Young
Sul heran melihat kelakukan Man Bo yang berubah 180 derajat.
Maka Man Bo menjelaskan pada
kedua mak comblang yang masih amatir ini kalau mereka seharusnya memikirkan
perasaan Yi Gak dan Park Ha yang pasti ingin berbincang-bincang berdua dengan
lebih lama. Chi San dan Young Sul pun tersadar akan kebenaran ucapan Man Bo.
Tapi jika mereka harus berada di Jinan untuk sementara waktu, apa yang harus
mereka lakukan?
Jangan khawatir, karena Mak
Comblang Man Bo memiliki ide gemilang untuk menghabiskan waktu.
Yaitu pergi ke kolam renang.
Bukan untuk berenang tapi melihat gadis-gadis yang memakai baju renang. Mereka
bertiga melongo melihat penampilan gadis-gadis yang tak mungkin mereka lihat di
Joseon.
Setelah menikmati pemandangan
itu, Man Bo mulai menggambar apa yang mereka lihat tadi ke sebuah kertas. Chi
San mengagumi keahlian Man Bo dan memujinya yang sangat pintar menggambar.
Young Sul? Ia juga mengagumi gambar Man Bo yaitu seorang wanita memakai baju
bikini. LOL.
Dan saking kagumnya akan gambar
Man Bo yang tampak realistis, Young Sul meneteskan air liur sehingga menetes di pipi
wanita yang digambar Man Bo.
Man Bo dan Chi San berteriak
jijik melihat tetesan itu. “Ngiler?” tuduh Man Bo dan Chi San serempak.
Buru-buru Young Sul mengusap
bibirnya agar tidak ngiler lebih banyak lagi. Man Bo bertanya curiga, “Tetesan
air itu dari mana? Dari hidung atau dari mulut?”
“Dari hidung,” tangan Young Sul
yang tadi mengusap bibir langsung mengusap hidung seolah-olah ia lagi pilek.
Double LOL.
Park Ha sampai di rumah dan
menemukan Yi Gak yang termenung di halaman. Tanpa ba-bi-bu Park Ha bertanya
apakah benar Yi Gak membatalkan pertunangannya?
Yi Gak kaget karena Park Ha telah mendengarnya.
“Mulanya kau mengatakan ingin
bertunangan, sekarang tidak. Apa alasanmu?” tanya Park Ha.
“Kenapa kau yang malah ribut akan
gagalnya pertunanganku?” tanya Yi Gak balik bertanya.
“Apakah kau datang dari Joseon
karena alasan yang remeh? Jika kau membatalkan pertunangan bagaimana kau bisa
tahu alasan mengapa kau melintasi waktu ke jaman ini?” Park Ha menguliahi Yi
Gak panjang lebar.“Bagaimana kau bisa kembali ke Joseon?”
Mendadak Yi Gak memeluk Park Ha,
membuat Park Ha terdiam. “Apakah kau pikir sekarang aku merasa tenang? Aku tak
punya jalan keluar yang lain. Tak ada jalan lainnya lagi.” Park Ha ingin
berbicara, namun Yi Gak memeluknya lebih erat lagi, “Maafkan aku. Mulai
sekarang, aku tak akan mempersulit dirimu lagi.”
Mendengar janji Yi Gak padanya,
Park Ha tak kuasa menahan air matanya dan membalas pelukan Yi Gak.
Se Na kembali ke apartemen lagi.
Betapa kagetnya ia melihat Tae Moo masih menungguinya. Ia heran mengapa Tae Moo
tak membencinya setelah apa yang telah ia lakukan? Tae Moo berhak membencinya.
Tae Moo memeluk Se Na,
menenangkannya kalau ia mengerti perasaan Se Na. “Di dunia ini hanya ada kita
berdua dan kita hanya perlu saling mendukung dan saling memiliki dan mereka
akan berbahagia selamanya.”
Se Na membalas pelukan Tae Moo
dan berkata kalau mulai sekarang ia akan menuruti semua kata-kata Tae Moo. Ia
akan melakukan semua permintaan Tae Moo, berpura-pura menjadi putri CEO Jang
yang hilang. Hanya ada satu permintaannya, “Singkirkan Park Ha. Juga Tae
Young.”
Tae Moo menyanggupi permintaan Se
Na.
Whoa.. freaky. Dua pasang kekasih
dengan cinta yang sama-sama besar, tapi cara pembuktian cintanya berbeda 180
derajat.
Keesokan paginya, Se Na pergi ke
rumah. Tapi Yi Gak mencegahnya untuk masuk. Se Na menolak, karena nenek sendiri
meneleponnya untuk datang ke sini. Tapi Yi Gak tetap melarangnya. Ia yang akan
memberitahukan pada nenek tentang pembatalan pertunangan mereka. Ia yang akan
mengatakan pada nenek kalau batalnya pertunangan ini murni karena kesalahannya,
dan bukan karena Se Na.
Se Na merasa curiga karena Yi Gak
berlaku baik padanya. Tapi sepertinya Yi Gak tak ingin membuka aib Se Na pada
nenek. Jadi ia meminta agar Se Na kembali pada kehidupannya sebelum bertunangan
dengannya dan ia akan menyelesaikan yang lainnya.
Yi Gak masuk ke rumah disambut
oleh Tae Moo yang merasa gembira karena telah mendengar pertunangan sepupunya
telah batal. Yi Gak hanya memandang Tae Moo dingin dan duduk menemui nenek.
Ia ingin menjelaskan tentang
batalnya pertunangannya, tapi nenek tak ingin mendengarnya. Kalau pertunangan
memang sudah batal, ya sudahlah. Yang lebih penting sekarang adalah masalah
posisi CEO yang akan dibicarakan di rapat pemegang saham yang sebentar lagi
tiba dan nenek meminta Tae Moo dan ayahnya untuk mendukung Tae Young sebagai
CEO berikutnya.
Tae Moo dan ayahnya tentu saja
kaget. Ayahnya langsung protes dengan keinginan nenek. Tapi Tae Moo berhasil
menyembunyikan perasaannya dan mengatakan kalau pemilihan CEO adalah keputusan
yang diambil oleh seluruh pemegang saham.
Namun nenek malah meminta Tae Moo
agar Tae Moo membantu meyakinkan para pemegang sahan agar posisi CEO dapat
jatuh ke tangan Tae Young. Tae Moo terkejut mendengar permintaan nenek.
Di mobil, ayah mengungkapkan
kekesalannya dan berharap kalau ia dapat mengontrol rapat pemegang saham
berikutnya. Tae Moo yang sudah mempunyai kartu As meyakinkan ayahnya kalau hal
ini segera terjadi. Ayah tak percaya pada kata-kata Tae Moo. Bagaimana mungkin
mereka bisa mengontrol kalau CEO Jang belum menunjukkan langkah positif pada
mereka?
Dan Tae Moo mengatakan kalau Hong
Se Na adalah putri kandung CEO Jang yang hilang.
Setelah mendengar rahasia itu,
ayah ditemani Tae Moo langsung menemui Se Na di apartemen dan meminta maaf
karena salah paham padanya. Ia sebenarnya sudah tak percaya kalau Se Na berasal
dari keluarga penjual ikan di pasar karena Se Na pantasnya berasal dari
keluarga baik-baik.
Heheh.. ternyata ayah penjilat
juga. Se Na tak mempermasalahkan kejadian sebelumnya karena sebenarnya ia juga
terkejut akan kenyataan yang baru saja ia dapatkan. Ayah berkata akan
mengembalikan posisinya di perusahaan seperti sebelumnya. Dan ayah meminta agar
mulai sekarang mereka dapat bekerja sama lebih baik lagi.
Tae Moo tersenyum melihat semua
masalahnya berakhir dengan bahagia.
Saat hanya berdua, Tae Moo mulai
membeberkan rencananya yaitu mempersiapkan dokumen medis sebagai bukti. Ia akan
meminta contoh DNA CEO Jang, dan Se Na harus mendapatkan beberapa helai rambut
Park Ha yang akan dites DNA.
Park Ha sedang membersihkan
halaman sebelum kembali ke Jinan. Tapi ketiga Joseoners tiba di rumah dengan
membawa seluruh barang Park Ha yang di Jinan. Park Ha protes karena mereka
mengepak barang-barang tanpa bertanya lebih dulu padanya.
“Karena kami tahu kalau kau pasti
melarang kami untuk mengepak barang-barangmu,” kata Chi San.
Aww.. mak comblangnya sudah semakin pintar, nih.
Mereka ingin menemui junjungannya. Tapi Park Ha memberitahu kalau Yi Gak sudah pergi ke kantor. Mereka pun buru-buru pergi menyusul Yi Gak.
Di kantor, Yi Gak meminta
pengikutnya untuk menyelidiki Tae Moo dan Se Na. Mereka kaget mendengar
perintah Yi Gak.
Tapi Yi Gak menjelaskan mengapa ia meminta hal itu. Alasan mereka melintasi waktu adalah menyelidiki kematian putri mahkota. Tapi putri mahkota dan Se Na memiliki kepribadian yang sangat berbeda, “Menemukan kenyataan ini pasti adalah salah satu alasan mengapa kita melintasi waktu ke jaman sekarang. Jadi aku meminta kalian menyelidiki hubungan antara Tae Moo dan Hong Se Na.”
Tapi Yi Gak menjelaskan mengapa ia meminta hal itu. Alasan mereka melintasi waktu adalah menyelidiki kematian putri mahkota. Tapi putri mahkota dan Se Na memiliki kepribadian yang sangat berbeda, “Menemukan kenyataan ini pasti adalah salah satu alasan mengapa kita melintasi waktu ke jaman sekarang. Jadi aku meminta kalian menyelidiki hubungan antara Tae Moo dan Hong Se Na.”
Saat hanya bertiga, Man Bo tak
percaya pada kemungkinan putri mahkota memiliki hubungan rahasia dan memiliki
sifat culas. Tapi Chi San merasa gossip istana itu mungkin ada benarnya juga.
Man Bo dan Young Sul kaget, gossip apa?
“Ada gossip yang menyebar di istana kalau putri mahkota sebenarnya adalah wanita yang jahat dan tak mengenal belas kasihan. Tentu saja jika ada orang yang menyebarkan gossip itu, maka ia akan dihabisi. Oleh karena itu mereka menutup mulut mereka rapat-rapat. Sekarang aku jadi ingin tahu apakah mungkin gossip itu benar,” kata Chi San.
“Ada gossip yang menyebar di istana kalau putri mahkota sebenarnya adalah wanita yang jahat dan tak mengenal belas kasihan. Tentu saja jika ada orang yang menyebarkan gossip itu, maka ia akan dihabisi. Oleh karena itu mereka menutup mulut mereka rapat-rapat. Sekarang aku jadi ingin tahu apakah mungkin gossip itu benar,” kata Chi San.
Chi San menceritakan salah satu gossip
yang pernah ia dengar, yaitu saat Putri Mahkota mengetahui kalau adiknya yang terpilih
sebagai putri mahkota adalah adiknya,
maka ia merusak wajah adiknya sehingga pada akhirnya ialah yang dipilih menjadi
putri mahkota.
Man Bo dan Young Sul langsung mengabaikan gossip itu. Bagaimana mungkin ada orang yang tega melakukan tindakan seperti itu?
Kegiatan pencari fakta mulai
dilakukan. Young Sul berkenalan dengan manager keamanan perusahaan saat
menolong manajer itu dari seseorang yang ingin merampas kopernya. Chi San mulai
menggunakan bakatnya, berbaur dengan para pegawai wanita, menggali gossip di
sana sini tentang Tae Moo.
Tiba saatnya Yi Gak untuk
mempresentasikan produk baru yaitu paket wisata ke Jinan. Tae Moo memandang Yi
Gak sebelum memandang foto Tae Young asli yang ada di dalam handphonenya. Dengan
percaya diri, Yi Gak menyebutkan kelebihan yang mereka miliki dalam paket tur
wisata ini.
Namun peserta rapat tak
mendengarkan kata-kata Yi Gak malah ribut sendiri. Mereka melihat di layar
presentasi yang seharusnya menampilkan pemandangan Jinan, malah terpampang
wajah Tae Young yang terbaring lemah.
Yi Gak kaget melihat wajah Tae
Young asli muncul di layar. Di tengah keributan yang terjadi, Tae Moo bangkit
dan mengumumkan, “Tae Young sebenarnya terbaring koma di rumah sakit. Kemungkinan sembuhnya
sangatlah kecil. Dan pria di depan ini menggunakan kesempatan ini dan mengambil
identitas Tae Young. Pria di depan ini adalah palsu!”
Nenek kaget dan berkata, “Apa
yang sebenarnya terjadi?” sebelum akhirnya pingsan. Yi Gak mencoba melarikan
diri, tapi Tae Moo segera menahannya dan meninjunya hingga terjatuh.
Ternyata itu adalah imajinasi Tae Moo saja. Karena yang sebenarnya adalah presentasi Yi Gak berlangsung mulus dan
semua memuji pekerjaan Yi Gak yang kali ini tanpa cela. Tapi imajinasi Tae Moo
ini cukup menghibur hatinya.
Keluar ruang rapat Tae Moo
menepuk bahu Yi Gak bersahabat menyelamatinya. Tapi walaupun nadanya
bersahabat, kata-katanya mengandung ancaman, “Kau telah bekerja keras menggali
informasi tentangku. Apakah kau telah menemukan apa yang kau cari? Ingatlah,
waktumu bermain-main di sini tinggal menghitung hari.”
Di rumah Se Na mengajak Ibu untuk
pergi keluar bersama-sama. Ibu mengerutkan kening mendengar permintaan Se Na karena
permintaan itu terakhir kali diucapkan Se Na saat Se Na kelas tiga SD. Maka
ibupun bertanya, “Apakah luka karena pertungananmu dibatalkan sangatlah parah?”
LOL.
Ibu meminta Se Na tak perlu bersedih karena batalnya pertunangan itu. Tapi Se Na menenangkan ibu kalau ibu tak perlu mengkhawatirkannya. Tapi ibu semakin kaget karena selain mengajak ibu pergi, ia juga meminta ibu untuk mengajak Park Ha.
Tentu saja ibu sangat gembira karena bisa melihat Park Ha dan Se Na makan berdua bersamanya lagi. Park Ha agar ragu dengan keramahan Se Na yang diluar kebiasaan apalagi memberikan daging yang telah masak untuknya dan memintanya memanggil eonni lagi.
Ibu menganggap hal ini terjadi
karena Se Na mendapat pelajaran dan bertambah dewasa seiring pertunangannya yang
dibatalkan. Ibu meminta Park Ha untuk memaafkan Se Na.
Park Ha hanya dapat tersenyum walau masih ragu untuk memanggil Se Na dengan panggilan eonni.
Park Ha hanya dapat tersenyum walau masih ragu untuk memanggil Se Na dengan panggilan eonni.
Mereka kemudian pergi ke sauna bersama-sama. Melihat rambut Park Ha yang basah, Se Na menawarkan sisirnya yang masih baru pada Park Ha. Walaupun ragu, tapi Park Ha menerimanya dan menyisir rambutnya yang basah. Se Na meminta tolong pada Park Ha agar membelikan minuman untuk mereka terlebih dahulu, dan ia akan menyusulnya nanti.
Park Ha menuruti permintaan Se Na dan mengembalikan sisir itu. Setelah Park Ha keluar dari ruangan, Se Na memasukkan sisir itu ke dalam plastik dan menyimpannya ke dalam tas.
Whoaa.. professional banget nih
si Se Na.
Se Na masuk saat Park Ha sedang bercanda dengan ibunya. Ia bergurau dan menyuruh Park Ha minggir karena ibu adalah ibunya. Ibu dan Park Ha tersenyum melihat kecemburuan Se Na. Se Na bertanya pada Park Ha apakah ia memiliki kenangan bersama ibu kandungnya?
Park Ha tak memiliki kenangan
sedikitpun. Yang ia tahu hanya cerita yang pernah ia dengar dari ayahnya.
Ketika ia berumur satu tahun, dan lantai ruangan sangat dingin karena mereka tak
mempunyai uang untuk membeli pemanas, dan ayah meletakkan dirinya ke atas perut
agar ia tak merasa kedinginan.
Mengingat sifat suaminya, Ibu
merasa ayah Park Ha pasti melakukan hal itu bahkan mungkin lebih.
CEO Jang datang lagi ke Korea, dijemput oleh Tae Moo dan Ayah. Saat mengetahui Se Na tak datang menjemput, CEO Jang memutuskan untuk pergi sendiri.
CEO Jang pergi menemui ibu di
taman untuk berbincang-bincang. Tiba-tiba ia limbung dan hampir terjatuh. Ibu
cepat-cepat menangkapnya. Ibu mengajak temannya untuk pergi beristirahat di
suatu tempat.
Dan tempat terdekat yang cukup nyaman
adalah rumah Park Ha. Ibu meminta agar Park Ha menemani CEO Jang karena ia
harus pergi bekerja lagi di pasar. Park Ha meminta ibu untuk tak perlu
khawatir.
Park Ha mengantar kepergian ibu,
dan saat berbalik, betapa kagetnya ia melihat Yi Gak sudah berdiri dekat di
sampingnya. Yi Gak menghardik Park Ha yang tak mengenalkan ia pada ibunya.
Tentu saja Park Ha balik memarahi
Yi Gak (yang berpikiran Joseon banget, dimana semua orang harus menghormat pada
pangeran). Di jaman ini, yang mudalah yang seharusnya memperkenalkan diri dan
menambahkan, “Kalau kau tinggal di jaman ini, kau harus mengikuti aturan jaman
tersebut.”
Yi Gak kesal mendengarnya. Ia
memanggil para pengikutnya untuk menjadi pendukungnya. Tapi yang dipanggil
ternyata sedang beradaptasi dengan jaman sekarang. Bermain WII, mendengarkan
MP3 dan browsing internet.
Park Ha tersenyum menang dan
meninggalkan Yi Gak yang menggumam jengkel, “Aku akan menghukum mereka
semuanya.”
Malam harinya, mereka makan bersama
termasuk dengan CEO Jang. Kali ini Park Ha memasak sup seafood dan menyajikan
pada CEO Jang, karena CEO Jang adalah yang paling tua.
Selanjutnya? Berdasarkan urutan
kebangsawanan tentu saja Yi Gak. Yi Gak sudah menyodorkan piringnya, tapi ia
kalah cepat. Ketiga pengikutnya yang duduk lebih dekat dengan Park Ha sudah
menyodorkan piring terlebih dahulu. Dan Park Ha menyajikan makanan
berdasarkan urutan siapa yang paling dekat. Pertama adalah Chi San, Young Sul dan
terakhir Man Bo.
Yi Gak melongo melihat seafood di dalam panci sudah menipis. Ia pun merajuk, “Kalau kau memberikan semuanya pada mereka, tak ada sedikitpun yang tersisa untukku.”
Yi Gak melongo melihat seafood di dalam panci sudah menipis. Ia pun merajuk, “Kalau kau memberikan semuanya pada mereka, tak ada sedikitpun yang tersisa untukku.”
Mendengar Yi Gak merajuk, Park Ha
hanya tersenyum dan berkata kalau masih banyak yang tersisa untuknya. Dan ia
pun menambahkan, “Dasar serakah.” Kata-kata itu membuat ketiga pengikutnya
menertawai junjungannya.
Yi Gak melotot pada pengikutnya
yang berani menertawainya. Tapi Park Ha ganti melotot pada Yi Gak yang bersikap
tak sopan di depan tamu. Sambil menyendokkan sayur ke dalam piring Yi Gak, Park
Ha berkata kalau masih banyak yang tersisa dalam pancinya.
Walaupun kesal ia menerima piring
yang telah terisi sayur. Namun matanya berbinar-binar saat merasakan sup yang
dimasak Park Ha.
Aww.. kayaknya kalau yang dimasak
Park Ha adalah nasi campur garampun, bagi Yi Gak akan terasa enak.
CEO Jang tersenyum geli melihat bagaimana
Park Ha yang memperlakukan Yi Gak berbeda dibanding ketiga pria yang lain.
Menyadari kesehatannya semakin
memburuk, CEO Jang mempersiapkan surat wasiat yang memberikan semua saham
perusahaan Home & Shopping kepada putri yang telah ia temukan, yaitu Se Na.
Namun Tae Moo memberikan kabar
yang mengejutkannya. Tae Moo memberitahukan kalau ia telah menemukan putrinya
yang hilang. CEO Jang tentu saja gembira mendengarnya. Ia ingin segera bertemu
dengan putrinya tersebut, In Joo (nama kecil Park Ha sebelum diganti oleh
ayahnya).
Bersama Tae Moo, ia pergi ke
restoran tempat putrinya duduk menungguinya. Betapa kagetnya ia melihat Se Na.
Tae Moo menyadari keraguan CEO Jang dan mengatakan kalau iapun juga terkejut
mengetahui kalau tes DNA Se Na cocok dengan DNA CEO Jang.
Tae Moo mengajak CEO Jang untuk
menemui Se Na, tapi CEO Jang meminta untuk
menunda pertemuannya sebentar karena sarafnya tegang mendapati kenyataan
yang mencengangkan ini.
Ia kembali ke dalam ruangannya,
melihat dokumen wasiat yang baru saja ia tanda tangani dan bertanya dalam hati,
“Se Na, kau adalah putriku. Tapi kau bukanlah putri yang kucari. Apa yang
sedang kau rencanakan? Kenapa kau mencoba menipuku?”
Park Ha sedang mencuci sprei di
halaman dengan cara menginjak-injaknya dalam ember. Yi Gak hanya menemaninya
sambil makan es krim.
Saat Park Ha mengeluh kalau cuaca sangat panas, Yi Gak menawarinya es krim yang sedang ia makan. Park Ha langsung menyambar tawaran Yi Gak dan melahap separuh es krimnya.
Saat Park Ha mengeluh kalau cuaca sangat panas, Yi Gak menawarinya es krim yang sedang ia makan. Park Ha langsung menyambar tawaran Yi Gak dan melahap separuh es krimnya.
Yi Gak bertanya mengapa Park Ha tak
pernah menceritakan tentang kakak perempuannya. Park Ha menjelaskan kalau kakaknya
menjadi saudaranya saat Ayahnya menikah dengan ibunya yang sekarang, Kakaknya tak
mau hubungan keluarga mereka tersebar jadi ia tak pernah membicarakannya.
Park Ha menggerakkan tangannya
seperti saat ia terakhir kali ia mabuk. Karena ia sudah menjawab pertanyaan Yi
Gak, sekarang ia menyuruh Yi Gak untuk masuk ke ember dan membantunya mencuci.
Tentu saja Yi Gak dengan senang
hati mau membantunya. Ia melahap sisa es krim dengan satu suapan, dan
menggulung celananya. Pertama kali Yi Gak merasakan dingin dan licinnya air
cucian, tapi Yi Gak malah tersenyum gembira.
Aww.. siapa bilang berkencan
harus di tempat-tempat yang indah dan mahal? Saling berpegangan, mereka
menginjak-injak cucian. Karena ember terlalu kecil untuk berdua, Park Ha hampir
saja terjatuh. Untung ada Yi Gak yang menangkapnya.
Se Na khawatir kalau CEO Jang tak
mempercayainya. Tapi Tae Moo menenangkan kalau ia telah menunjukkan dokumen tes
DNA pada CEO Jang maka Se Na tak perlu khawatir.
Dan benar saja. CEO Jang masuk ke
dalam ruangan dan menyapa Se Na dengan nama In Joo. CEO Jang memeluk Se Na,
namun dengan nada datar ia berkata, “Senang bertemu denganmu, In Joo.”
Duduk semeja bersama, CEO Jang
menyendokkan salah satu hidangan ke piring Se Na dan bertanya apakah ia ingat
masa kecilnya?Se Na menceritakan bagaimana ia kehilangan ingatan saat ia
berumur 9 tahun.
Cerita itu persis seperti yang Park
Ha ceritakan pada Yi Gak. Park Ha menceritakan kalau ia diadopsi dan dibawa ke
Amerika. Dan dua tahun yang lalu ia kembali ke Korea, tapi ayahnya sudah
meninggal. Setelah itu ia hidup sendiri dan terakhir ia bertemu dengan Yi Gak
sampai sekarang.
Yi Gak bertanya apakah Park Ha
sudah dapat mengingat semuanya sekarang? Park Ha menggeleng. Ia tak dapat
mengingat wajah ayahnya.
Begitu pula yang dikatakan Se Na
yang tak dapat mengingat wajah ayahnya. Tapi ia ingat akan cerita saat ia
kecil. Saat itu musim dingin dan ia berumur setahun. Ruangan sangat dingin
karena keluarganya tak memiliki uang untuk membeli pemanas. Untuk mencegah ia
kedinginan ayahnya menaruhnya ke atas perut untuk menghangatkannya.
CEO Jang terperangah mendengar
kata-kata Se Na dan bertanya-tanya curiga dalam hati, “Se Na, bagaimana kau
bisa mengetahuinya?”
Saat menjemur sprei, Yi Gak mulai
menghubungkan kata-kata Park Ha tentang ia adalah adik Se Na. Putri mahkota
adalah Se Na dan putri mahkota memiliki adik, yaitu Bu Young.
Mungkinkah?
Pada saat yang bersamaan, Park Ha yang ada di balik jemuran memanggil Yi Gak, “Oy, Yang Mulia,” dan ia menarik tali jemuran ke bawah agar bisa melihat Yi Gak.
Yi Gak terpana, déjà vu seakan
melihat adik iparnya lagi dan berkata, Pada saat yang bersamaan, Park Ha yang ada di balik jemuran memanggil Yi Gak, “Oy, Yang Mulia,” dan ia menarik tali jemuran ke bawah agar bisa melihat Yi Gak.
"Park Ha, kau adalah Bu Young." |
sumber : www.kutudrama.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar